Siswa Mengaku Bangga Bisa Ikut Lomba Mamaca

Siswa Mengaku Bangga Bisa Ikut Lomba Mamaca

Siswa Mengaku Bangga Bisa Ikut Lomba Mamaca

Oleh Root Administrator | Kategori Bid. Kebudayaan | 20 Desember 2021 15:15:00

DISDIKBUD SITUBONDO – Puluhan siswa SMP dan SMA mengikuti lomba Mamaca yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Situbondo 20 – 21 Desember 2021. Mereka berusaha untuk bisa menjadi pelaku kebudayaan yang sudah mulai jarang ditemui di tengah-tengah masyarakat tersebut.

Dalam lomba tersebut, tiap kelompok terdiri dari dua orang. Satu orang bertugas untuk membaca teks dengan nada-nada tertentu. Satu lagi bertugas sebagai penerjemah (paneges). Ada peserta yang membawakannya masih sangat malu-malu. Ada juga peserta yang sudah mampu membawakannya layaknya pelaku mamaca profesional.

Desi dengan Cintya adalah siswa SMPN 1 Asembagus yang mengikuti lomba mamaca. Cintya punya bagian untuk membaca. Sedangkan Desi kebagian menerjemahkan atau paneges. Untuk kepentingan tampil di lomba, keduanya mengaku membutuhkan waktu belajar sekitar satu minggu.  Dia belajar langsung kepada salah satu pelaku tradisi Mamaca di wilayah timur Situbondo.

“Ya Alhamdulillah, akhirnya bisa tampil dalam lomba ini bersama teman-teman yang lain. Kita tidak manargetkan menjadi juara, walaupun kita tetap menampilkan yang terbaik dari kemampuan kita. Yang jauh lebih penting kita bisa menjadi bagian untuk ikut melestarikan budaya Mamaca,” terang Desi yang juga diamini oleh Cintya.

Sebab itulah, Desi maupun Cintya mengaku bangga mengikuti bisa lomba tersebut. Pengalaman itu tidak akan terlupakan seumur hidupnya. Meski demikian, Cintya mengaku tidak pernah punya cita-cita menjadi pelaku Mamaca. Sedangkan Desi mengaku cukup tertarik untuk bisa berkecimpung di dalamnya. “Kalau memang memungkinkan kenapa tidak. Tapi, perjalanan pendidikan saya masih sangat panjang. Saya harus menyelesaikan ini dulu,” terang perempuan berjilbab tersebut.

Salah satu kesulitan dalam belajar Mamaca, kata Cintya, adalah menghafalkan intonasi. Dia kadang mengaku lupa saat sudah membaca. Hal yang sama diakui oleh Desi. “Kalau penerjemah itu sulitnya kita harus bisa mencocokan dengan yang membaca, termasuk menghafal intonasinya juga, sama cara masuknya,” imbuhnya. (*)


Leave a comment: